Rindu Itu…

Rindu itu ketika berjam-jam menyusuri dunia maya sambil tetap terjaga dan cemas berharap akan ada sebuah nama muncul menyapa tiba-tiba.

Rindu itu berhari-hari berbincang dengan diri sendiri lalu mentranskripnya menjadi  rangkaian paragraf sepanjang duapuluhenamribudelapanratustigapuluhdua kata.

Rindu itu menghabiskan berlembar kertas untuk meracau kacau soal masa depan : sebuah rumah kecil beratap panel surya dengan rimbunan mawar yang menghiasi beranda, perpustakaan kecil di sudut sana, dua buah teropong bintang serta sebuah globe raksasa.

Rindu itu ketika pura-pura sibuk dan sibuk pura-pura. Memenuhi duapuluhempat jam dengan jadwal jalan-jalan tak bertuan. Menantang awan dan berhujan-hujan tanpa alasan agar nanti malam sibuk membalut selimut menghangatkan badan.

Rindu itu menjemput kantuk dengan tenggelam dalam tumpukan novel setebal delapanratus-an halaman.

Rindu itu terpaksa menekuri soal-soal kalkulus dan trigonometri demi menemukan nama atas frustasi yang mendadak menyergap tanpa permisi.

Rindu itu menghabiskan senja yang tak biasa, mempertahankan kesadaran sambil menatap langit : sendirian.

(Kediri, menjelang 2011)

>> Yihaaaaa….salah sendiri dulu nulis itu.. sekarang terbukti beneran… dari tadi menekuri kalkulus lanjut, integral lipat, teorema fubini sambil berharap waktu segera berlalu atau saya segera berdamai dengan diri sendiri.. #krik..krik..krik…

2 respons untuk ‘Rindu Itu…

  1. haha… how sick stuck in that feeling.. :p he
    butuh bnyak pengalihan utk mnganggap’a tiada..
    tp nyata’a ia kembali, dan akan kembali ketika waktu jeda..
    ada yg bilang, baik’a sgla rasa itu dikembalikan kpda Tuhan..
    biarlah Ia yg mnentukan apkh baik bila rindu itu tersampaikan.. 🙂 he

Tinggalkan Balasan ke Husnul Batalkan balasan