Sekelumit catatan tentang Angka

[Catatan dari buku Misteri Angka-Angka (Annemarie Schimmel) ]

“Matematika hanyalah bermain angka!” Itu kalimat yang saya pegang erat ketika belajar matematika di SMA. Tepatnya saat saya duduk di Kelas 2 SMA. Waktu itu saya merasa seperti Archimedes yang berteriak “Eureka!” ketika menemukan hukum Archimedes. Ha ha ha.. Agak berlebihan siih, tapi saya hanya ingin membuat segala sesuatu nampak lebih mudah dipelajari, termasuk matematika yang katanya ilmu berat. Nah, Berbekal rasa percaya diri yang terlalu berlebihan itulah akhirnya saya mengambil jurusan matematika dan program studi yang sama di universitas Gadjah Mada. Saya ingin membuktikan teori saya.

Lalu semua terbukti. Teorema saya salah. He he he Di kuliah-kuliah yang saya ikuti—dengan kemampuan saya yang minim—saya akhirnya tahu bahwa angka hanya sebagian kecil dari matematika, ia seumpama pantai dari luasnya samudera ilmu tua itu. Angka (mungkin lebih tepat saya sebut bilangan) itu sendiri ternyata sangat luas cakupannya, ada bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan rasional, bilangan real dan bilangan kompleks. Susunannya sempurna. Subhanallah! Cantik sekali.

Lalu, pada suatu hari—beberapa tahun setelah saya lulus SMA—saya menemukan sebuah buku karya Annemarie Schimmel berjudul Misteri Angka-angka, meringkuk pasrah diantara buku-buku bertema filsafat di Rausyan Fikr.

Di buku itu, Anne tidak bercerita tentang teori matematis bilangan (hal ini bisa ditemukan di buku-buku perpustakaan MIPA), tapi dia menjelaskan tentang Angka yang terdapat dalam berbagai peradaban kuno dan tradisi Agama Islam, Yahudi maupun Kristen. Tentang system angka dari beberapa peradaban berbeda, seperti Romawi yang menggunakan jari tangan, Sistem seksadesimal dari Babylonia lalu Penggunaan sempoa (Abakus) di China. Anne juga menyatakan bahwa setiap peradaban memiliki tanda –tanda angkanya sendiri. Di mesir kuno, dapat ditemui angka yang berbentuk gambar. Hal itu mungkin berbeda dengan kebudayaan Yunani, Islam, China, Sumeria dan Babylonia hingga peradaban bangsa Maya. Maka, karena angka-angka dan system-sistemnya tidak ada yang sama, maka kitapun tidak boleh menduga bahwa semua peradaban memakai cara hitung yang sama. Ukuran yang berbeda di setiap daerah, missal, yard (Jerman : Elle) untuk mengukur bahan tenunan, tinggi dengan kaki, kedalaman air dengan fathom, kecepatan kapal dengan knots dll.

Yang memegang peranan cukup penting dalam perkembangan angka adalah Pythagoras. Rumus segitiga siku-sikunya sangat popular hingga sekarang, tapi ide yang juga mempengaruhi masyarakat dunia adalah keteraturan, keteraturan matematis, keteraturan kosmos hingga keteraturan etis dan sosial. Diantara konsep yang dikenalkan Pytagoras dalam matematika adalah konsep tentang bilangan sempurna yang komponen-komponennya bila dijumlahkan akan menghasilkan bilangan sempurna itu sendiri. Bilangan sempurna pertama adalah 6 : 1+2+3. Angka sempurna kedua adalah 28 : 1+2+4+7+14. Kaum Phytagorean juga menghubungkan angka-angka dengan bentuk geometris: angka segitiga ( 3, 6, 10, 15) dan angka segiempat (1, 4, 16, 25) yang kini dikenal sebagai pola bilangan.

Umat islam sendiri menganggap angka 19 sebagai angka ‘ajaib’. Kata Bismillahirrahmanirrahim terdiri dari 19 huruf, diulang 19×6=144 kali dalam al Quran (diawal surat, meski tidak disebut diawal surat At Taubah, tapi ada di dua buah di QS 27). Jumlah huruf di AlQuran 19×17407=330733 huruf. Kata Allah dalam Al Quran ada 19×142=2698 (Matematika Al-Quran, Fahmi Basya)

Bagian akhir buku ini menjelaskan misteri angka dalam berbagai peradaban. Dimulai dari angka 1 yang dianggap sebagai angka primordial. Simbol keesaan, eksistensi yang tidak punya lawan. Angka 3 adalah sintesis yang merangkul, yang menciptakan berbagai konsep trinitas di berbagai belahan dunia: Sumeria (Anu, Enhil dan Ea—langit, udara, bumi). Babylonia Kuno (Sin, Shamash, Ishtar—Bulan, Matahari dan Venus). India Kuno (Agni, Soma, Gandharva). Agama Hindu (Brahma, Syiwa Wisnu). Yunani (Zeus, Athena, Apollo). Angka 40 adalah angka persiapan dan penyempurnaan, mengapa Ali Baba harus berurusan dengan 40 pencuri? Konon, hujan pada jaman nabi Nuh terjadi selama 40 hari, 40 hari yang dihabiskan musa di gunung Sinai, pada usia 40 tahun nabi Muhammad menerima wahyu pertama. Orang jerman menyatakan bahwa usia 40 disebut schwabenalter, yakni masa ketika penduduk sebuah provinsi akhirnya menjadi dewasa.

Buku ini nampak tidak ilmiah mengingat isinya dipenuhi oleh kumpulan kepercayaan ‘angka’ dari berbagai peradaban kuno di dunia, baik itu peradaban islam, Kristen, yahudi, yunani kuno hingga India kuno. Tapi saya pikir buku ini menarik dibaca terutama karena ia bicara tentang sejarah. Bumi ini sudah cukup tua dan bagaimanapun juga sejarah hari ini tidak bisa terlepas dari bagaimana nenek moyang kita menulis sejarah mereka. Buku ini membantu kita berpikir menyeluruh (integral) bahwa dunia itu tidak terpisah (terfragmentasi). Angka bukan sekedar urusan ahli matematika, sebab angka juga menyangkut kebudayaan sebuah bangsa.

Semangat Matematika adalah sebuah kekayaan primordial manusia yang selalu memperlihatkan dirinya dimanapun manusia hidup atau dimana ada sisa-sisa materi kehidupan sebelumnya
(Willi Hartner)

[Rumah, 24 Agustus 2009]
Sumber Bacaan:
1) Misteri Angka-Angka, Annemarie Schimmel
2) Matematika Al-Quran, Fahmi Basya

2 respons untuk ‘Sekelumit catatan tentang Angka

Tinggalkan komentar